KAMU
Kamu,
Pemilik
rindu di dalam qalbu
Pemikat
rasa, yang kian syahdu
Merindu,
Kian
bertasbih, menakar bisik di dadaku
Sendu
Peracik
rasa, berparas tamu
Menebar
pesona menjadi candu
Perangkul
kasih nan khusyu’
Kamu,
Pemilik
bahagia, harapanku
Pengukir
senyum dalam hariku
Telaga
hasrat mimpi indahku
Pelangi
munajat, dalam untai do’aku
Duhai,
pemilik desis setiap nafasku
Ya
Rahman,
Rangkullah
ia dalam samudra kasih-Mu
Ya
Rahiim,
Dekaplah
ia dalam lautan sayang-Mu
Ya
Malik,
Jagalah
ia dalam semesta kuasa-Mu
Ya
maalikul mulkil waduud,
Pertemukanlah
kami dalam ridho-Mu
Dalam
mihrab suci, takdir janji-Mu
AKU
Bila
waktunya telah tiba
Paras
rahasia pun, kan menyibak tirai-jendela
Memberi
tanda isyarat tanya
Menjawab
gumam, untai kata sang pujangga
Bila
waktu pun telah tiba
Sang
pujangga, akan malu dalam tawa
Tersungkur-sesal
dalam cahaya rembulan tiada dua
Menutup
mata, menyumpal sepercik cahaya bintang dalam gulita
Aku,
Sang
pemeluk rindu
Terjerat
rasa, yang kian satru-tak menentu
Menjadi
candu
Terbuai
hasrat, harapan semu
Menelan
pil pahit dalam cumbu
Senyum-indah,
misterius milikmu
Terkapar,
pasrah.
Dalam
untai do’a munajatmu
Berharap
hadir
Dalam
hampar sajadah cintamu
Bila
waktu pun telah tiba
Jamuan
sapa-hangatku akan sirna
Terkubur
jauh, dalam memori kusutmu dikepala
Terganti,
rentetan senyum-bahagia dikau dikala senja
Menikmati
sisa umurmu yang tiada dua
Pun
inilah aku, yang terus menjerik dalam do’a
Memangkas
sayang, yang kian meronta
Menganga
dan menerka-nerka
Mengharap
jumpa dalam hidup yang kedua
Pun
inilah aku yang kian luput dalam derita
Semakin
payah dalam membaca,
Tipu
daya dunia yang tertawa buta
Melek
bermata dua, namun tak pandai memandang realita
Terjaga,
mengaku bertelinga
Namun
tak piawai mendengar bisik sadar-dunia
Aku,
Sang
perangkai kata yang tak lihai berbicara
Yang
tak mampu berterus-terang, menopang topeng lamunan rasa
Memilih
jujur namun mengena
Terdiam,
dikala jumpa
Penikmat
senyum-bahagiamu, dipojok dunia
DAN
AKU
Sang pemalu, yang bersembunyi dalam noktah
untaian kata
Bersemayam
dalam titik debu gelap gulita
Sedikit
senyum, dalam rona cahaya
Nan
mudah sirna, seketika
Dan
ini pun aku
Yang
tersipuh malu, dalam anggun parasmu
Diam,
termangu
menyumpal
pesona dalam relung alur cerita, lamunanku
Imajinerku
Ku
rengguk nikmat dalam senyum rembulan, keanggunanmu
Ku
dekap hangat, dalam selimut-malam keheninganmu
Ekstase,
Gugup,
Menelisik
jari-jemari mimpi mungil, genggam tanganmu
Memeluk
cahaya bintang, dalam kerlingan sorot matamu
Mengelus
rasa, bisik dalam qalbuku
Pun
inilah aku,
Yang
luput dalam noktah keringat, bayanganmu
Tertatih
dalam terik, gelora mentarimu
Tertarik
magnet, poros sucimu
Pun
itulah kamu,
Perajut
bayang-indah dalam memori imajinerku
Komentar
Posting Komentar