Langsung ke konten utama

Perpisahan Bukan Akhir Segalanya

Dokpri: Calon Buku Kenangan Kelas 6

Sempurna sudah, enam tahun Ananda semua (kelas 6) menjadi bagian keluarga besar SDIT Baitul Qur'an. Duka dan suka cita tentu menjadi bumbu kehidupan yang pernah dilalui bersama. Semuanya itu menjadi jejak kenangan yang menandakan kita adalah keluarga. Satu ikatan yang tak akan kendur dan putus meski tersekat ruang dan jarak. Satu babak kehidupan yang tak mudah kita lupakan begitu saja. 


Tak terasa, kini anak-anak yang saya cintai itu sudah dewasa dan diwisuda. Baju kebesaran, toga dan penerimaan ijazah menjadi simbol kesakralannya. Selamat atas prestasi dan kelulusan yang diraih. Laiknya kedua orangtua kandungmu, saya (mewakili seluruh dewan asatidz) pun bangga kepada kalian semua. 


Kendati begitu janganlah cepat berpuas hati terlebih dahulu karena kelulusan ini bukanlah akhir dari segalanya, bukanlah akhir dari perjuanganmu, melainkan awal dari perjuangan untuk mewujudkan cita-cita. Lihatlah ke depan, tantangan baru sudah menanti di anak tangga berikutnya. Selamat menempuh jenjang pendidikan menengah pertama. Seragam merah putihmu yang kusam itu akan tertanggalkan dan berganti putih biru. 


Seiring berganti seragam, semangat menuntut ilmu pun jangan pernah kau biarkan padam. Sumat terus, biarkan ia menjadi cambuk untuk terus meningkatkan kemampuan dan kualitas diri. Namun ingatlah terus, tholabul ilmi-mu jangan kau letakkan untuk sekadar mengejar kepentingan dunia melainkan semata-mata hanya untuk mencari rida Allah SWT. Sebab, hanya karena rida-Nya, semua urusan dimudahkan dan menjadi mungkin.


Teguk terus tetesan demi tetesan ilmu di tempat barumu tanpa henti. Bagaimana pun menuntut ilmu itu adalah kewajiban. Jalan jihad seorang pelajar. Takdzimi semua gurumu tanpa memilah-milah. Ia sumber mata air yang akan membawamu ke samudera ilmu pengetahuan. Rida-nya guru akan mengetuk pintu keridaan Tuhan atas ilmu yang diberikan. 


Terakhir, sejauh mana pun kakimu melangkah, termasuk menuntut ilmu sampai ke negeri China, tetaplah menjaga nama baik almamater tercinta. Jagalah hafalan (Al-Qur'an)-mu, khatamkan sampai sempurna. Pilihlah lingkungan pergaulanmu yang baik-baik. Gunakan masa muda untuk semua hal yang positif. Di kala engkau rindu akan keluarga, bersilaturahmilah ke keluarga yang akan kau tinggalkan ini. Pintu kerinduan senantiasa menganga, menunggu kehadiranmu kembali pada pelukan. 


Tulungagung, 21 Mei 2024

Dokpri: Hasil Jepretan dan editan Mam Wahyu (salah seorang wali santri kelas 6)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Koleksi Buku sebagai Pemantik

Dokpri buku solo ke-10 Saya kira transaksi literasi saya dengan Qadira akan usai seiring tuntasnya koleksi komik yang dibaca namun ternyata tidak. Di luar prediksi, transaksi literasi itu terus berlangsung hingga kini. Kini dalam konteks ini berarti berlangsung hingga detik-detik akhir pelaksanaan Sumatif Akhir Semester genap.  Keberlangsungan ini, jika boleh menerka, hemat saya tak lain karena provokasi dan motivasi yang saya berikan. Tepatnya saat mengembalikan buku terakhir yang saya pinjam. "Besok, koleksi komiknya ditambah ya. Nanti ustadz pinjam lagi. Bilang sama ibu, mau beli komik lagi supaya bisa dipinjamkan ke teman-teman sekolah", seloroh saya setelah menyerahkan komik. Qadira menganggukan kepala pertanda memahami apa yang saya katakan.  Motivasi itu saya berikan bukan karena saya ketagihan membaca komik gratisan, sungguh bukan seperti itu, melainkan dalam rangka memantik geliat memiliki koleksi buku mandiri. Motifnya sederhana, dengan memiliki koleksi buku mandiri...