Langsung ke konten utama

Petuah Bijak 3


Dokpri peserta tari UPASP Kedungwaru dalam FLS3N kabupaten Tulungagung


Ikan cakalang ikan kerapu

Dimasak kuah hari Selasa

Jikalau engkau bukan penipu

Bicara saja apa adanya


Mancing ikan malam hari

Cucut didapat wajah tersenyum

Hiduplah dengan lapang hati

Sumpah serapah jangan dikulum


Daging kurban dapatnya sapi

Daging wagiyu harganya mahal

Ayo segera insyaf kembali

Jangan biarkan dirimu nakal


Darah mengalir warnanya merah

Warna merah simbol keberanian

Jadi orang haruslah ramah

Biar punya seribu kawan


Kurban kambing hari tasrik

Disembelih di belakang masjid

Jadilah orang jangan fasik

Apalagi suka mengumbar julid


Daging kambing dibuat sate

Sate dibakar rasanya lezat

Hidup jangan terlalu perlente

Takutlah engkau kufur nikmat


Daging rendang warnanya cokelat

Rendang dimakan pakai nasi

Mari kawan tunaikan zakat

Agar engkau lekas berhaji


Tulang kambing dibuat gulai

Gulai dimasak pakai wajan

Jagalah ibadah jangan lalai

Mumpung masih diberi kesempatan


Sarapan pagi salad buah

Salad buah tanpa alpukat

Berbuat baiklah dengan istikamah

Kelak selamat dunia akhirat


Makan siang berlauk jamur

Jamur tiram rasanya nikmat

Jadi orang haruslah jujur

Supaya hidupmu penuh berkat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Merawat Jejaring Ala Kang Ajip

Dokpri flyer Daras Buku Surat-surat Ti Jepang Karya Kang Ajip Rosidi Daras Buku Surat-surat Ti Jepang seri 1 memasuki edisi kedua. Sesi ini (insyaallah) akan mengulas 2 surat, yakni surat yang ditujukan kepada R. Sadeli Winantareja dan H. I. Martalogawa. Dua surat yang ditulis beriringan, 26-27 Juni 1980 di Kyoto.  R. Sadeli merupakan kawan Kang Ajip di Purwakarta. Ia merupakan seorang perwira. Status abdi negara menjadikan mereka jarang bersua namun silaturahmi di antara keduanya terus terjaga. Saat Kang Ajip berada di Bandung, di Jakarta ataupun di kampung halaman terkadang berkunjung ke rumahnya.  Sedangkan saat bermukim di negeri Sakura, surat-surat berbahasa Sunda dilayangkan sebagai tanda cinta. Komunikasi di antara keduanya langgeng. Jarak bukan penghalang untuk menyambung persahabatan. "Teu paremeun obor", istilah Sunda menyebut.  Hal yang sama juga Kang Ajip lakukan kepada H. I. Martalogawa. Seorang sahabat yang tinggal di Jakarta. Sahabat yang memang aktif dalam...