Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

Cenderamata Berharga

  Dokpri: Cenderamata buku kang Ajip Rosidi dari Prof. Naim "Jangan biarkan hari-harimu berlalu tanpa membaca, menulis, berbagi ilmu dan menebarkan cinta", Buya Husen Muhammad   Mendapatkan cenderamata buku dalam acara anjangsana dan silaturrahmi di kediaman Prof. Naim (sapaan akrab untuk Prof. Dr. Ngainun Naim, M. HI.) adalah salah satu hal yang berharga. Berharga karena memang lebih bernilai tinggi jika ditinjau dari segi kemanfaatan dalam jangka panjang. Lain soal dalam pandangan kalangan penganut id-ego ala Sigmund Freud, mungkin satu eksemplar buku itu tak lebih berharga dari seonggok makanan.  Kiranya sudah menjadi rahasia umum jika makanan dapat memuaskan hasrat nafsu dan kepuasan personal dalam jangka pendek. Itu pun harus diganjar dengan konsumsi yang terbatas, porsi yang pas dalam kurun waktu tertentu. Ada pun jika berlebihan dan melampaui batas, seperti yang kita pikirkan, akan menimbulkan dampak negatif. Memicu tumbuhnya berbagai jenis penyakit dari dalam tubuh. A

Trial Class dan Panen Karya

Dokpri: Siswa-siswi sedang melakukan transaksi jual beli  Bahagia tak terkira, minggu terakhir di bulan April (27/04/2024) TKIT dan SDIT Baitul Quran--sebagai bagian dari lembaga di bawah Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an--telah menghelat dua acara langsung. kedua acara tersebut yakni Trial Class seri kedua dan Panen Karya. Dalam rangka menyukseskan penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun pelajaran 2024/2025 Keluarga besar Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Quran dengan mantap menghelat Trial Class. Salah satu opsi yang diambil setelah sebelumnya melakukan beragam cara promosi lembaga. Salah satu, namun bukan berarti jalan buntu.  Mensosialisasikan melalui media sosial seluruh sumber daya manusia yang ada di lembaga, masang banner, memuat iklan di kacamata Tulungagung, menyebarkan browser di ruang publik hingga membuat MoU dengan taman kanak-kanak di sekitar adalah upaya yang getol didengungkan akhir-akhir ini.  Tahun ini adalah tahun pembuka untuk perhelatan Trial Class di lembaga

Komunitas sebagai Akar

Dokpri: jejak kopdar di kediaman Prof. Naim Kejenuhan dan kerapuhan terkadang menjadi tantangan laten yang acap kali susah dikendalikan seorang penulis single fighter. Bagi penulis solo (tanpa bergabung sebagai bagian dari komunitas literasi) melakukan evaluasi dan perjuangan mandiri terasa begitu berat. Berat karena dirasa banyak tantangan yang harus dihadapi. Tak ayal jika kemudian dalam proses panjangnya berdampak pada kadaritas semangat berkarya yang fluktuatif.  Posisi itu diibaratkan seorang bujang yang tidak pandai manajemen waktu dan licin akan keuangan. Bahkan dalam banyak kasus tertentu seorang bujang lebih pandai dalam urusan molor, kedodoran dan lupa. Lupa dalam mengatrol urusan yang sifatnya remeh-temeh sampai dengan kebutuhan primer hidup. Mngurus dan memperbaiki kebutuhan diri sendiri dengan layak misalnya saja. Sementara molor dalam menghadiri acara sudah menjadi budaya.  Mungkin analogi tersebut terlalu sarkas namun bukankah kebanyakan di antara kita selalu terlecut ma

Kobong Setelah Njagong

Dokpri: Foto Anjangsana dan Silaturrahmi di kediaman Prof. Naim Kiranya sudah menjadi rahasia umum, bahkan hukum alam tampaknya, bahwa bagi partisipan komunitas literasi agenda kopdar senantiasa menumbuhkan marwahnya yang baru. Baru dalam artian kerapkali memantik geliat yang loyo menjadi bugar kembali bagi masing-masing benak yang terlibat. Baru karena ada proses penyadaran, penempaan dan penguatan atas cita-cita yang sempat hilang arah dari gapaian. Singkatnya, ada transaksi proses kembali pada settingan awal sebagai penulis yang terselip dalam kopdar.  Tak heran memang, keadaan tersebut terjadi karena kopdar selalu menyuguhkan jamuan hangat. Jamuan hangat yang membuat hati dan isian kepala terpikat, lantas kobong . Bukan fisiknya yang kobong namun naluriah dan jati diri seseorang itu yang mendambakan aksi nyata untuk berubah. Berubah dari keadaannya yang stagnan, bahkan mohon maaf, "mandul". Berusaha beranjak dari status penulis tuna karya menjadi padat karya.  Itu artiny