Langsung ke konten utama

Trial Class dan Panen Karya

Dokpri: Siswa-siswi sedang melakukan transaksi jual beli 

Bahagia tak terkira, minggu terakhir di bulan April (27/04/2024) TKIT dan SDIT Baitul Quran--sebagai bagian dari lembaga di bawah Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an--telah menghelat dua acara langsung. kedua acara tersebut yakni Trial Class seri kedua dan Panen Karya.

Dalam rangka menyukseskan penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun pelajaran 2024/2025 Keluarga besar Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Quran dengan mantap menghelat Trial Class. Salah satu opsi yang diambil setelah sebelumnya melakukan beragam cara promosi lembaga. Salah satu, namun bukan berarti jalan buntu. 

Mensosialisasikan melalui media sosial seluruh sumber daya manusia yang ada di lembaga, masang banner, memuat iklan di kacamata Tulungagung, menyebarkan browser di ruang publik hingga membuat MoU dengan taman kanak-kanak di sekitar adalah upaya yang getol didengungkan akhir-akhir ini. 

Tahun ini adalah tahun pembuka untuk perhelatan Trial Class di lembaga ini. Yang selanjutnya akan menjadi salah satu agenda wajib dalam suksesi PPDB dari tahun ke tahun. Keputusan itu diambil karena memang kegiatan Trial Class ini dipandang jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan kegiatan lain yang banyak menguras budget. 

Perlu diketahui bersama, kendati kegiatan baru, Trial Class di tahun ini telah dihelat dua sesi. Seri pertama dihelat pada minggu terakhir di bulan Februari (24/02/2024) dengan diikuti peserta yang sangat antusias dan gegap gempita.

Baik seri pertama ataupun kedua, tujuan dari Trial Class adalah pengenalan lingkungan sekolah dan dewan asatidz menjadi poin yang ditekankan. Semuanya dikemas dalam kegiatan out door dan indoor dengan tajuk Trial Class happy and fun.

Adapun goals utama yang hendak digapai dari Trial Class adalah menarik minat peserta untuk menjadi bagian dari keluarga besar Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Quran.

Wajah yang berbeda tampak pada Trial Class seri kedua, bahkan dapat dikatakan lebih “greng” karena berbarengan dengan perhelatan panen karya. Panen karya merupakan puncak-praktik dari pelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan fokus kewirausahaan.

Dalam panen karya ini masing-masing kelas menjual berbagai produk. Baik produk home made atau pun sekadar mendistribusikan produk jadi tertentu. Tak sedikit di antara mereka menjual produk kesukaan mereka. Tentu produk itu dibandrol dengan harga yang terjangkau. Terjangkau oleh saku siswa-siswi atau pun guru-guru.

Target yang dicapai dari panen karya ini, diharapkan siswa-siswi mampu memahami seluk-beluk proses penjualan. Mulai dari cara memperoleh produk, memasarkan hingga produk dapat terjual habis. Bebagai tahapan itu tentu kian terasa nyata manakala mereka terlibat langsung di lapangan.

Dari belajar langsung di lapangan, tentu bukan soal untung rugi yang dijadikan bidikan, melainkan mereka akan mafhum berwirausaha (menjadi pedagang) itu tidak semudah sekaligus serumit yang dibayangkan.

Menawarkan dan menjual habis produk yang dijual perlu pengorbanan. Walhasil, mau tidak mau, sadar tidak sadar, mereka dididik dan belajar langsung mengenai marketing produk. Dalam konteks inilah, skill rayu-merayu dan negosiasi benar-benar menemukan momentumnya yang tepat.

Tulungagung, 14 Mei 2024

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...