Langsung ke konten utama

Mengabadikan Jejak

(Dokpri Foto PAT siswa SDIT Baitul Qur'an Tulungagung)

Saat berperan sebagai guru badal wali kelas 5 di SDIT Baitul Qur'an Tulungagung saya sempat mencicipi momentum ANBK. Program terbaru Kemdikbudristek dalam upaya meninjau efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan para siswa. Pendek kata, ANBK ini bertujuan mengevaluasi wawasan pengetahuan yang telah dikuasai oleh para siswa. 

Evaluasi itu hadir setelah dihapuskannya kebijakan ujian nasional di seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah sebagai tanda kelulusan para siswa. Kebijakan yang saya kira menjadi kabar gembira seutuhnya bagi para siswa. Begitu juga guru pun orang tua. Dengan tidak adanya UN setidaknya rasa was-was akan ketidaklulusan para siswa dapat diminimalisir. Bahkan nihil. 

Di lain sisi, kebijakan itu memberi ruang kebebasan berekspresi seluruh lembaga pendidikan untuk tampil dengan penuh tanggung jawab dan bijaksana. Tanggung jawab dan bijaksana dalam hal apa? Bertanggung jawab dan bijaksana dalam menentukan parameter "kepantasan" atas kelulusan para siswa. Itu berarti, lulus tidaknya siswa tergantung keputusan pihak sekolah. 

Yang demikian menunjukkan bahwa tidak adanya UN bukan berarti tidak ada bentuk evaluasi dan pembinaan yang berkelanjutan. Melainkan bentuk "kepantasan" kelulusan siswa itu bersifat transparansi, fleksibilitas dan dapat ditinjau dari berbagai aspek. Sebagai analoginya, siswa yang mungkin secara nilai akademik rendah (biasa-biasa saja, bahkan bisa jadi di bawah nilai KKM) dapat lulus jika memiliki pencapaian tidak biasa di bidang tertentu. Misalnya saja sang anak juara karate tingkat nasional atau bahkan internasional.

Kecenderungan-kecenderungan positif yang ditinjau dari berbagai aspek ini menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki keistimewaan masing-masing. Siswa yang hobi dan menyukai pelajaran numerasi tentu akan sangat antusias tatkala mengikuti pembelajaran matematika, fisika dan kimia. Sebaliknya, siswa yang merasa sulit bahkan alergi dengan numerasi akan merasa tidak nyaman, mudah bosan dan muskil tatkala belajar matematika. Begitu juga selanjutnya.

Pengasahan potensi masing-masing siswa sesuai bidangnya itu yang menjadi fokus utama. Tidak cakap di bidang atau pelajaran tertentu bukanlah masalah, asalkan di lain sisi ada kelebihan yang tidak dimiliki semua siswa. Semacam toleransi dan kemakluman potensi yang disesuaikan karena kodrat manusia yang terbatas. Sisi positif inilah yang disebut keunggulan.

Masalahnya, program ANBK ini tidak berlaku bagi siswa kelas 6, melainkan dikhususkan untuk kelas 5. Entah apa alasannya. Seakan-akan timpang, jika diasumsikan secara sepihak dengan pertimbangan seumur jagung, siapa yang akan lulus siapa juga yang harus dievaluasi kinerja, performa dan pencapaian wawasan pengetahuannya.  

Tentu saja saya tidak akan mengorek lebih dalam mengenai asumsi dasar ketimpangan itu. Sebab niat awal dari tulisan ini adalah mengungkapkan dan menampilkan respon sigap saya tatkala memberikan penjelasan kepada wali santri terkait pelaksanaan ANBK. Pelaksanaan ANBK di sekolah awal tahun lalu memang sedikit semrawut. Hal itu tampak dari jadwal simulasi yang bergonta-ganti dan dapat dikatakan mendadak.  Walhasil, pihak operator, panitia ANBK dan wali kelas harus benar-benar sigap sekaligus responsif.

Sebagai bukti atas kerancuan jadwal pelaksanaan ANBK tersebut di bawah ini terdapat dokumentasi catatan sejarah tatkala saya memberi penjelasan kepada wali santri terkait pelaksanaan ANBK. Mulanya catatan tersebut saya tulis di aplikasi Google Workspace untuk memudahkan revisi. Setelah itu baru saya share ke grup WhatsApp wali santri.  Kebiasaan itu pula yang menjadikan chat pengumuman itu tersimpan rapih. 

Aplikasi Google Workspace memang telah lama menjadi andalan saya tatkala menuliskan ide di smartphone. Jika boleh jujur, mayoritas tulisan saya yang diunggah di website dan blog semuanya diketik di smartphone. Bahkan untuk selevel naskah buku sekali pun saya ketik menggunakan aplikasi Google Workspace. 

Mengetik tulisan menggunakan aplikasi di smartphone dan laptop pada kenyataannya memang memiliki sensasi yang berbeda. Entah dari proses menyentuh tuts demi tuts, lancar-tidaknya ide mengalir sampai dengan durasi kepedihan mata. Semuanya jelas-jelas berbeda. Mungkin sugesti kebiasaan yang berlaku dalam hal ini berpan banyak sebagai salah satu bahan pertimbangannya.  

Kembali ke fokus. Nah, saya kira sekarang sudah saatnya  mem-publish catatan usang yang tersimpan di aplikasi Google Workspace itu di blog pribadi saya. Meski kemudian harus disadari pula bahwa informasi tersebut sudah tergolong expired karena terbatas waktu pelaksanaan. Kendati begitu tidak ada salahnya saya kira, sebab tujuan utamanya adalah mengabadikan jejak. 

Untuk itu mari disimak bersama-sama catatan usangnya di bawah ini. 

****

Ngapunten ingkang katah Bu. Rencana sebelumnya ANBK (Assessment Nasional Berbasis Komputer/sampling ujian berbasis komputer) akan dilaksanakan pada pertengahan bulan Oktober dan sosialisasinya akan dilakukan seminggu sebelum pelaksanaan.

Akan tetapi ada beberapa hal yang membuat jadwal pelaksanaan ANBK menjadi rancu ditambah dengan sistem operasi aplikasi ANBK ditingkat SMP/MTs yang error maka ada instruksi di website Kemendikbud untuk ANBK di tingkat SD/sederajat dilaksanakan dalam waktu dekat. Dan pengumuman itu kami terima secara mendadak.

Kendati mendadak, Alhamdulillah simulasi ANBK dadakan kemarin sudah dilaksanakan dengan lancar. Terkait teknis pelaksanaan ANBK sudah diberitahu dan disosialisasikan kepada para santri. Termasuk untuk siap siaga manakala ada informasi dadakan kembali terkait pelaksanaan ANBK.

Pelaksanaan ANBK sudah berjalan dua tahun ini.  ANBK tidak termasuk sebagai aspek penilaian dalam Raport. Sebab tujuan dari pelaksanaan ANBK adalah untuk melihat capaian dari penyampaian materi pembelajaran. ANBK bersifat sampling, jadi yang diambil hanya kelas 5 tidak semua kelas. 

Yang terpenting dari pelaksanaan simulasi ANBK tersebut adalah para santri mampu log in dan memahami tahapan pengisian soal yang ada di aplikasi ANBK. 

Mohon maaf jika sebelumnya tidak ada pemberitahuan resmi kepada wali santri mengenai pelaksanaan simulasi ANBK tersebut. Kebetulan pihak operator kemarin sedang sibuk dengan pekerjaannya. Sementara saya di sini hanya penyambung lidah dari operator sekolah selaku panitia pelaksana simulasi ANBK. 

Terima kasih atas masukan dan sarannya. Insyaallah ke depannya kami akan lebih  baik lagi. 🙏🙏🙏


*****

Dari ulasan pengumuman di atas, kiranya apa hikmah yang dapat dipetik? Komunikasi. Ya, membangun komunikasi yang baik di antara sesama pemangku kepentingan sangatlah penting untuk dilakukan. Terlebih lagi itu berkaitan dengan kemaslahatan umat. Tanpa komunikasi yang baik tentu akan ada kesalahanpahaman dan berbagai jenis benturan yang dapat menjadi bahan bakar tersulutnya konflik mudah saja muncul.

Utamanya membangun komunikasi yang baik di lingkungan sekolah itu sangatlah penting. Sebab, manajemen informasi yang dapat diakses oleh semua pihak tanpa memilah, sama rata, akan turut mendeskripsikan kualitas dan citra dari baik buruknya lembaga yang bersangkutan di ruang publik. 


Tulungagung, 28 Juni 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...