Langsung ke konten utama

Risalah Ramadhan Tentang Strategi Menulis

(Dokpri flyer himpunan Risalah Ramadhan)

Pasifnya mayoritas penghuni dalam berkarya adalah fakta yang belakangan kita saksikan bersama di grup WhatsApp SPK Tulungagung. Yang demikian tampak dari minimnya berbagi tautan karya yang dimuat di laman blog masing-masing anggota. Hanya ada segelintir saja yang tampak konsistensi berbagi tautan karya. Itu pun hanya satu dua saja. Diisi oleh orang-orang sama. Saya kira, tak perlu disebutkan itu siapa, sebab yang demikian telah menjadi rahasia umum bagi penghuni grup. 

Ada banyak alasan mengapa hal itu terjadi. Jika boleh berkhusnudzan mungkin waktu kawan-kawan lebih banyak tersita oleh kesibukan yang masing-masing geluti. Entah apa pun itu kesibukan profesinya. Namun hemat saya yang demikian bukan benar-benar alasan yang dapat dikompromikan begitu saja sebab masih banyak orang yang super sibuk justru mampu tetap produktif berkarya. Dalam hal ini komitmen dan jam terbang tinggi menjadi perbedaan mendasar di antara keduanya. Antara penulis pemula dan kawakan benar-benar berbeda. 

Dalam konteks ini dibutuhkan strategi jitu untuk memantik geliat literasi masing-masing anggota yang ada. Setiap orang yang memutuskan diri bergabung menjadi penghuni grup WhatsApp SPK Tulungagung saya kira memiliki niat, tekad dan semangat untuk menggeluti dunia literasi. Meski kemudian dalam prakteknya harus memilih menjadi anggota yang aktif-parsitipatif, pasif atau pun silent reader semata-mata. Kategori anggota grup yang pasif dan silent reader ini yang saya kira harus berbenah diri dengan segera. Sebab jika tidak, tidak akan ada peningkatan kemampuan dan kualitas literasi diri yang signifikan. 

Dengan maksud menyadarkan--mengingatkan, merenungkan dan mendekonstruksi--kembali tujuan awal masing-masing diri bergabung dengan grup SPK Tulungagung sebagai sarana meniti jalan transformasi diri untuk menjadi seorang penulis, maka program Risalah Ramadhan berbicara banyak tentang strategi menulis. Strategi menulis seperti apa yang ditawarkan Risalah Ramadhan? Yakni dengan cara menulis sebanyak 3-5 paragraf setiap hari. Topik pembahasan pun tidak muluk-muluk, melainkan tentang apa yang sedang kita jalani. Pak Suprianto merupakan contoh representatif dalam mengimplementasikan strategi menulis model ini. 

Selain memantik geliat literasi yang telah tumbuh dalam diri masing-masing anggota, setidaknya melalui program terbaru ini mampu menjadi gelanggang kontestasi skill menulis seluruh penghuni grup. Kesempatan terbuka lebar bagi siapa pun yang mau memulai bergerak untuk berproses. Semua orang memiliki kesempatan yang sama, yang membedakan hanya persoalan mau melangkah dan memanfaatkan kesempatan yang ada atau tidak.  

32 tulisan yang terhimpun dalam buku ini menunjukkan bahwa tidak sampai dari setengah anggota SPK Tulungagung yang tergabung ke dalam grup dapat dikatakan aktif-parsitipatif. Jumlah kontributor tulisan ini pun jika disaring lebih jauh hanya segelintir saja yang menyetorkan tulisan secara sukarela. Selebihnya tulisan-tulisan itu datang karena inisiatif metode jemput bola. 

Terlepas dari metode apa pun tulisan yang telah terhimpun itu datang, saya--mewakili pengurus SPK Tulungagung--mengucapkan banyak terima kasih kepada para kontributor Risalah Ramadhan. Semoga 32 tulisan ini menjadi bukti nyata bahwa bulan suci Ramadhan yang telah kita lalui itu benar-benar telah dimaksimalkan dengan baik. Besar harapan saya, himpunan Risalah Ramadhan tahun 2023 ini mampu menjadi bahan mendisiplinkan diri sekaligus amal jariyah kelak bahwa dari tahun ke tahun kita semakin baik. 


Ciamis, 28 April 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...