Langsung ke konten utama

Outbound di Kampung Tani

(Dokpri para siswa menjajal wahana flying fox)

Beberapa hari setelah menghelat penilaian tengah semester (PTS) genap SDIT Baitul Qur'an Tulungagung berusaha merefresh kembali ketegangan yang tersisa dalam benak para siswa. Upaya itu direalisasikan dengan cara menghelat outbound. Tepatnya outbound di Kampung Tani. 

Kampung Tani yang terletak di desa Serabah ini merupakan opsi terakhir setelah panitia pelaksana melakukan eleminasi beberapa tempat wisata edukatif yang diusulkan. Di lain sisi kami--dewan asatidz dan para siswa--telah dua kali menjadikan Kampung Tani sebagai tempat kegiatan pada akademik tahun ini. Pertama-tama kami menjadikan Kampung Tani sebagai perhelatan acara Tahfidz Camp dan selanjutnya disusul dengan agenda outbound. 

Perbedaan mendasar di antara kedua perhelatan acara di Kampung Tani itu bukan sekadar terletak pada format acara, namun juga pada para peserta yang mengikutinya. Jika kegiatan Tahfidz Camp dulu hanya diikuti oleh seluruh kelas atas: 4, 5 dan 6 maka lain halnya pada kegiatan outbound kali ini. Outbound sesi ini melibatkan semua kelas. Kelas bawah dan atas. 

Satu hari sebelum hari H dewan asatidz menyebarkan surat pemberitahuan kepada seluruh siswa. Tak terkecuali kepada para siswa yang pada hari itu alfa dapat membaca surat pemberitahuan versi digital yang dishare wali kelas di grup wali siswa kelas masing-masing. Hanya segelintir siswa yang sedang sakit saja yang izin tidak bisa berpartisipasi dalam acara tersebut.

Hari H pun tiba. Sebagaimana pemberitahuan yang termuat dalam surat, seluruh siswa diinstruksikan datang langsung ke lokasi acara. Dewan asatidz yang bertugas piket pagi datang ke lokasi acara lebih awal. Meski faktanya tetap saja masih terkalahkan oleh siswa yang datang ke lokasi terlebih dahulu. Terhitung piket pagi dimulai dari pukul setengah tujuh sampai dengan setengah delapan. 

Dalam kurun waktu itu pula siswa-siswi berduyun-duyun datang diantarkan oleh orang tua masing-masing. Ada yang diantar dengan menggunakan mobil ada pula yang mengendarai motor. Mereka datang dengan mengumbar senyum kegembiraan. Betapa tidak, mereka akan bersenang-senang di berbagai wahana yang tersedia. Tidak seperti biasanya yang hanya berkutat di dalam kelas. 

Seragam olahraga tertanggal rapi di badan mereka. Mereka yang baru datang bermusyafahah (berjabat tangan; salaman) dengan dewan asatidz yang bertugas piket pagi hari. Selepas itu baru mereka diinstruksikan untuk menuju pendopo yang terletak di Utara lapangan. Sebagian dari mereka yang datang lebih dulu tampak menyisir ceruk tempat yang ada di Kampung Tani. Sementara sebagian yang lain turut menyambut kedatangan temannya. 

Pukul setengah delapan tepat para siswa diarahkan untuk menghelat pembiasan ibadah pagi: salat duha dan melantunkan Asmaul Husna. Dewan asatidz Tahfidzul Qur'an sibuk mendampingi para siswa. Sedangkan sebagian asatidz lain berusaha berkoordinasi dengan tim instruktur outbound Kampung Tani untuk menyiapkan senam pagi. 

Selebihnya untuk alur kegiatan outbound dihandle langsung oleh para instruktur outbound. Setelah diamati lebih lanjut ternyata alur pelaksanaan outbound itu sendiri menggunakan sistem bergiliran. Para siswa dibuat kelompok sesuai dengan jumlah instruktur outbound yang ada. Pengelompokkan itu dipandang lebih efektif untuk mengefisienkan waktu dan wahana yang tersedia. 

Wahana yang tersedia dalam outbound di Kampung Tani jika dihitung kurang lebih terdiri dari: Tarik tambang, panahan, lempar dadu, estafet bola, bambu goyang, mengisi air, menanam tanaman, flying fox, arus jeram, menyusun gelas, bakiak kelompok hingga menjaga keseimbangan bola. Semua wahana itu dijajal oleh semua kelompok secara bergantian. 

Outbound berlangsung dengan suka cita. Dari kejauhan tampak para siswa menikmati penjajakan setiap wahana. Tawa-tawa kecil dan pekik semangat lebih banyak tumpah ruah menghiasi jalannya acara. Meski terkadang ada satu dua siswa yang tampak sedikit bersikap nyeleneh dan usil terhadap temannya. 

Sementara para siswa sibuk dengan berbagai wahana, beberapa dewan asatidz sibuk dengan tugas masing-masing. Dua tiga asatidz bertugas mendokumentasikan acara, sebagian yang lain mengambil pesanan konsumsi untuk makan siang sedangkan sebagian lainnya sibuk leyeh-leyeh di pendopo dan menyaksikan perhelatan outbound. Bahkan, ada yang sesekali menuntaskan rasa penasaran dengan mencoba wahana yang disukai. Menjajal wahana panahan, flying fox dan arus jeram misalnya. 

Dua jam lebih para siswa menikmati outbound di Kampung Tani. Selebihnya mereka membersihkan diri di kamar mandi, berganti baju dan diakhiri dengan menyantap makan siang bersama di pendopo. Ayam geprek menjadi menu penutup perhelatan acara outbound hari Sabtu itu. Para siswa pun akhirnya kembali ke rumah ternyaman masing-masing. 

Hal penting yang harus digarisbawahi dari perhelatan outbound di Kampung Tani ini adalah betapa pentingnya menyeimbangkan antara ujian dan merefresh diri. Memporsir diri secara berlebihan untuk belajar tanpa mencukupi kebutuhan waktu istirahat dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan yang bersangkutan. 

Sebaik-baik manusia adalah mereka yang mampu mengetahui batasan segala sesuatu terhadap diri sendiri. Atas dasar demikian pula melakukan sesuatu dengan kadar ukuran sedang adalah lebih baik. Seperti halnya termaktub dalam Al-Qur'an, bahwa sikap melampaui batas--israf dan tabdir--itu adalah perbuatan teman setan. Dalam intisari makna sebuah hadits juga disebutkan, "berhentilah makan sebelum kenyang". 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...