Langsung ke konten utama

Izin Absen

Pertemuan 3
Izin, ya demikianlah yang saya lakukan ketika pertemuan ketiga mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif yang diampu oleh bapak Dr. Ngainun Na’im. Absennya saya dari mengikuti perkuliahan tersebut tentunya saya mempunyai alasan yang eksplisit dan rasional. Alasannya yakni kebetulan pada hari Rabu kemarin bertepatan dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh ForMaSi (Forum Mahasiswa Bidikmisi), yangmana pada ssat itu saya menjadi bagian yang ikut andil dalam kegiatan tersebut yakni sebagai panitia. Sebenarnya saya merasa berat untuk meninggalkan perkuliahan pada hari tersebut, akan tetapi karena sebuah tuntutan, kepercayaan dan tanggungjawab yang telah diembankan kepada saya serta agenda kegiatan yang diselenggaranyapun hanya satu tahun sekali maka sayapun harus pandai-pandai mempertimbangkannya kembali.
Meskipun saya tidak mengikuti perkuliahan Metodologi Penelitian Kualitatif pada hari Rabu tersebut, akan tetapi ketika waktu istirahat (waktu senggang) telah menghampiri saya berusaha mencari informasi mengenai bagaimana perkuliahan mata kuliah tersebut. Sehingga pada keesokan harinya saya bertanya kepada salah seorang teman saya yang pada hari Rabu tersebut mengikuti perkuliahan, dan sayapun mendapat informasi mengenai bagaimana jalannya perkuliahan pada hari tersebut. Meskipun informasi yang  saya dapatkan dan terima tentunya sudah mengalami reduksi dalam pemahaman yang lebih subjektif.
Informasi yang saya dapatkan mengenai petemuan perkuliahan Rabu kemarin diantaranya sebagai berikut:
Pertama, seperti biasanya ada beberapa orang  relawan yang disuruh untuk membacakan hasil dari tugas resumenya. Yang menjadi relawan untuk membacakan hasil resumenya ialah ada dua orang yakni saudara Ahmad Saiqqurahman dan saudari Lutfiatun Nisa. Setelah dua orang tesebut memabacakan resumenya, bapak dosen mencoba mengoreksi dari apa yang telah mereka paparkan, dan menurut beliau apa yang telah disampaikan biasa-biasa saja (kurang puas dengan hasil tugas resumenya).
Kedua, dosen pengampu mata kuliah ini berusaha menjelaskan kembali mengenai penelitian dilihat dari tujuannya. Yangmana penelitian bila dilihat dari tujuannya terbagi menjadi empat, yakni: Penelitian Eksplorasi, penelitian Developmentalisme, penelitian Verifikatif dan penelitian Kebijakan. Pertama penelitian Eksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk penjelajahan atau penyelidikan secara luas dan mendalam. Biasanya penelitian ini lebih dominan dilakukan dalam ranah  ilmu sosial. Contohnya, mengenai konflik kerukunan antar agama dsb. Kedua penelitian Developmentalisme. Penelitian ini bertujuan untuk menimbulkan fanatisme. Sebagai contohnya ialah suatu produk yang diterima. Ketiga penelitian Verifikatif. Penelitian ini bertujuan untuk  mengecek/crosschek kembali terhadap penelitian sebelumnya, sehingga penelitian ini sifatnya mampu menjadi pendukung dan mampu menjadi menggugurkan dari hasil penelitian yang sebelumnya. Dan yang terakhir ialah penelitian kebijakan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tentang kebijakan yang telah ada (dipraktekan) dilapangan, apakah kebijakan yang ada telah sesuai ataukah belum. Sebagai contohnya ialah tentang dirubahnya kurikulum pendidikan menjadi kurikulum 2013.
Terakhir, informasi yang saya terima ialah bahwa perkuliahan pada hari Rabu kemarin tidak sebagaimana mestinya, dikarenakan Bapak dosen pengampu mata kuliah tersebut kebetulan ada suatu kepentingan, sehingga hal itu menyebabkan perkuliahan harus diakhiri sebelum waktunya habis.                Nah demikianlah informasi yang saya dapatkan mengenai perkuliahan Metodologi Penelitian Kualitatif, Rabu minggu kemarin. Sebenarnya saya sendiri paham bahwa kesan dan pesan yang saya terima tentunya akan lebih kaya pengetahuan manakala pada hari Rabu kemarin mampu secara langsung mengikuti perkulihan mata kuliah tersebut. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...