Langsung ke konten utama

Inspirasi

Corner of Knowledge Message
Sebuah pojok pesan pengetahuan, ya begitulah yang saya temukan ketika saya mau membuat sebuah minuman penyegar. Siang itu saya bermaksud untuk menyeduh sebuah minuman serbuk instan untuk pelepas dahaga. Ketika saya sedang mengaduk-aduk serbuk yang telah bercampur air putih tersebut, saya tertarik dengan kemasannya yang berbeda dengan kemasan yang sebelumnya. Akhirnya saya pun mulai memperhatikan dengan detail  setiap desain, tulisan, karakter dan simbol yang terdapat dalam kemasan tersebut. Ternyata benar saja, ketika saya membalik kemasan tersebut mata saya langsung terfokus pada bagian pojok kiri atas kemasan tersebut. Dipojok kiri atas kemasan tersebut ternyata ada sebuah kotak kecil yang menarik dan memuat pesan pengetahuan yang patut diapresiasi oleh kita. Tulisan pesan pengetahuan tersebut ialah sebagai berikut:
Do You Know?”
Jeruk manis (Citrus sinensis) muncul diakhir 1400-an, mendekati waktu Christopher Colombus menemukan benua Amerika. Kebanyakan jeruk manis yang ditumbuhkan di California adalah varietas ‘Washington Navel’ dan ‘Valencia’. Beberapa varietas Valencia dikelompokkan sebagai summmer oranges karena buahnya dapat dibiarkan lebih lama di pohon tanpa mengalami kekeringan.
Setelah membaca pesan pengetahuan di atas tersebut, mungkin pembaca mempunyai gambaran sehingga mengetahui kemasan apa yang dimaksud oleh penulis.
Setelah saya selesai membaca pesan pengetahuan tersebut, awalnya saya teringat dengan materi filsafat sejarah yang telah dipresentasikan (dipaparkan) oleh kelompok saya minggu kemarin. Dalam makalah saya disebutkan bahwa ciri dari sebuah sejarah ialah unik, abadi, selalu terikat oleh ruang dan waktu dan juga mempunyai hubungan (korelasi) antara peristiwa yang terjadi dengan peristiwa yang lain (kausalitas). Kedua saya juga teringat dengan materi filsafat modern yang telah dipresentasikan oleh kelompok saya pada hari kamis minggu kemarin. Yaitu pembahasan mengenai pemikiran Thomas Hobbes tentang Leviathan. Inti dari materi tersebut ialah menjelaskan mengenai bagaimana cara manusia mampu hidup bersama, padahal pada hakikatnya manusia itu brutes (bersifat bar-barian) ataupun buas berbahaya, sehinnga menjadi pemangsa bagi sesama manusia yang lainnya. Hal ini disebabkan karena gerak-gerik (tingkah laku) manusia selalu dikendalikan oleh hawa nafsu/keinginan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi dengan kesepakatan bersama dalam bentuk perjanjian, semua manusia sepakat untuk membuat suatu sistem/lembaga yang disebut dengan negara. Negara inilah yang akan melindungi dan mengatur setiap hak manusia yang ada di dalamnya, sehingga tidak akan terjadi lagi sikap saling memangsa antar sesama manusia. Materi ini juga mengantarkan ingatan saya kepada inti dari paham eksistensialisme yang berhaluan kanan, yang mengatakan bahwa hakikat sesuatu itu ada karena adanya sesuatu yang lain.

Ketiga sekaligus menjadi yang terakhir, dalam pikiran saya sempat terlintas sebuah gambaran (inspirasi) mengenai bagaimana jadinya bila dalam setiap kemasan baik itu makanan maupun minuman berusaha menyelipkan pojok pesan pengetahuan. Mungkin hal tersebut akan mampu mendorong dan memberikan peran penting dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya (dalam rangka mencerdaskan bangsa).       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...