Langsung ke konten utama

Eksistensi Versus Pengetahuan




Iftitah
            Hemm,,, sobat semua mungkin sudah sering mendengar kata eksistensi, saking seringnya mendengar kata ini maka sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Biasanya kata eksistensi ini selalu dikorelasikan dengan kedudukan, jabatan dan otoriter. Sehingga biasanya kita mengartikan kata tersebut dari dua sisi, yaitu secara kontekstual dan secara tekstual. Maka apabila kata eksistensi ini diartikan secara kontekstual mempunyai arti keterkenalan, ketenaran, dan tersohor. Sedangkan apabila kita mengartikannya secara tekstual maka kata eksistensi ini berarti “keberadaan, wujud (yang tampak), adanya, sesuatu yang membedakan antara suatu benda dengan benda lain”, (Kamus Ilmiah Populer, Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry).
            Begitu juga dengan kata pengetahuan yang sering banget kita dengar dan bahkan kita sendiri sebagai mahasiswa/i sekaligus sebagai pelaku yang sering dikorelasikan sebagai sosok yang berpengetahuan yang tidak lepas dari istilah dunia pendidikan. Sehingga hal ini sangat memperjelas bahwa kata pengetahuan ini berarti mengetahui, memahami dan mengerti atas segala sesuatu. Seorang tokoh filsafat (filsuf) pernah mengatakan: Orang yang berilmu mengetahui orang yang bodoh karena dia pernah bodoh, sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang berilmu karena dia tidak pernah berilmu” (Plato).
            Sebenarnya bila kita membicarakan mengenai eksistensi dan pengetahuan ini adalah suatu hal yang masih bersifat universal (general), maka untuk memfokuskannya kita cukup  membahasnya dari suatu sudut pandang (satu sisi kacamata keilmuan).

Fil Fashli
            Sobat, alangkah baiknya kita memulai tentang hal ini dari ranah yang cakupannya kecil, ya... seperti di dalam lokal (ruang) kita sendiri saat perkuliahan berlangsung. Mungkin sobat sendiri sudah tahu bagaimana persaingan anatara eksistensi dan pengetahuan yang terjadi sengit saat perkuliahan berlangsung. Dimana pada saat tersebut adalah momentum yang dianggap sangat ampuh untuk menunjukkan eksistensi dirinya, yaitu dengan mencoba aktif dalam semua pembelajaran dan perdiskusian di dalam kelas, sehingga ia mampu mengendalikan dan menguasai jalannya pembelajaraan perkuliahan. Tapi yang pastinya ia sendiri sebagai pelaku tidaklah asal bicara, akan tetapi setiap pembicaraannya selalu dilandasi dengan toeri hasil perkataan, pandangan dan pendapat yang diungkapkan oleh seorang tokoh yang sekiranya mampu memperkuat presepsi dan pendapatnya ia sebagai pelaku yang kapabel.
            Hal ini sebenarnya tidaklah jelek karena bila dipandang dari satu sisi hal ini justru menjadi sebuah stimulus dan sekaligus motivasi untuk membangkitkan emosional mereka yang mudah terpancing dengan keadaan, sehingga ia tidak pernah mau ketinggalan dan teralienasikan dalam setiap pembelajaran perkuliahan yang akan menambah pengetahuan.
            Akan tetapi disatu sisi lain justru hal ini adalah  konsekuen yang harus terus tersalurkan, terealisasikan dan implikasikan dalam setiap pembelajaran, sehingga konco-koncomu tidak diberi ruang (kesempatan) untuk mengungkapkan presepsi yang ingin ia utarakan. Dan akhirnya mereka merasa terabaikan, tersudutkan dan teralienasikan dalam setiap pebelajaran perkuliahan berlangsung. Akan tetapi dampaknya yang lebih dominan adalah bagi mereka yang selalu menggantungkan semua permasalahan (tugas perkuliahan) yang menganggap bahwa hanya dengan ia (yang selalu eksis) permasalahan bisa terselesaikan.

Fil Madrosatul ‘Aliah       
            Kedua, mulai beranjak kepada ranah yang cakupannya sedikit lebih luas dari pada yang pertama. Disetiap Perguruan Tinggi (PT) baik itu yang statusnya swasta ataupun negeri pasti tentunya selalu ada yang namanya PRESMA (presiden mahasiswa) atau sebuah organisasi yang mewakili sekaligus menjadi pemimpin dari para mahasiswa, yang mempunyai nama organisasi yang disesuaikan dengan peraturan kampusnya sendiri. Selain itu juga terdapat organisasi-organisasi yang sifatnya intra dan ekstra yang akan mewarnai keaktifan, prilaku, psikis, dan pola pemikiran seorang mahasiswa/i yang bergelut aktif di dalamnya. 
            Tapi sebenarnya bila kita perhatikan, renungkan dan pikirkan yang mendasarkan pada metode analisis, kita akan menyimpulkan bahwa dalam hal tersebut terdapat dua sisi yang saling berkoneksi antara sisi eksistensi dan pengetahuan. Dimana dua sisi ini, bila dilihat disatu sisi akan mampu berjalan berdampingan secara dinamis dan harmonis dalam keaktifan seorang mahasiswa/i dalam perkuliahan, dan sebaliknya, bila dilihat dari sisi lain antara keduanya akan mampu saling menjatuhkan dan bersaing yang akibatnya akan menyebabkan harusnya timbul pilihan, dan berdampak pada aktivitas perkuliahannya.
            Selain itu setiap sebuah organisasi pastinya memiliki sebuah time schedule atau job description yang perlu direalisasikan dan pastinya hal ini akan menyita/menggunakan waktu pembelajaran perkuliahan untuk mengadakan kegiatan tersebut, dan akhirnya beberapa materi dan teori perkuliahanpun ketinggalan. Dan begitu pula untuk seterusnya bila dia sendiri tidak pernah mau mengejar ketertinggalannya itu dengan cara mempelajarinya sendiri, sehingga dapat dikatakan antara keaktifannya di organisasi dan pembelajaran perkuliahannya sudah tidak balanced.
            Namun sebaliknya bagi seorang mahasiswa/i yang mampu mem-manage antara waktu organisasi dan perkuliahannya. Hal ini adalah suatu momok yang patut dimanfatkan dan tak boleh disia-siakan, yang mana hal ini adalah sebuah ruang/celah atau kesempatan untuk mengantarkannya menuju gerbang kesuksesan, yaitu dengan menyalurkan seluruh skill yang ada pada dirinya  untuk menopang terkendalinya organisasi yang ia ikut berkecimpung di dalamnya.
            Sehingga dapat dianalogikkan bahwa sesungguhnya dalam berorganisasi itu ibarat kita mengendarai sebuah sepeda motor yang tidak pernah tahu akan kemana arah dan tujuannya untuk memcapai puncak kemenangan dan kebahagiaan. Akan tetapi bila kita berorganisasi dengan ilmunya dan disertai dengan pengetahuan yang luas, multi talent dan kapabel maka dengan menikmati setiap permasalahan yang ada kita akan tahu pola, strategi, dan taktik jitu mana yang perlu digunakan untuk mengarahkan organisasi menuju kejayaan tanpa harus ketinggalan pembelajaran perkuliahan. Sehingga kitapun tidak termasuk orang yang hanya aktif di ranah organisasi ataupun di ranah perkualiahan (fakultatif) saja.
            Sesungguhnya bila kita hanya terus berfokus dan terpacu pada satu sisi saja, pasti suatu saat nanti kita akan mengalami dan menemui satu titik puncak (kultuminasi) terhadap hal itu yaitu dengan adanya rasa bosan dan menyesal yang terus menghantui. Karena pada hakikatnya seorang manusia itu pasti selalu ingin mewarnai hidupnya dengan suatu hal yang belum pernah ia coba, apalagi bila hal tersebut akan berdampak dan berimplikasi positif pada proses kehidupannya.

Khotimah    
                 Dari pembicaraan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila kita mampu mem-manage dan mem-balanced-kan antara waktu untuk berorganisasi dan perkuliahan, maka aktiflah dalam dua ranah tersebut karena hal itu akan mampu menjadi penopang, stimulus dan motivasi untuk menuju gerbang kesuksesan dan bahkan akan mampu mengantarkan pada singgasana kebahagiaan dalam artian bahwa eksistensi dan pengetahuan secara harmonis bejalan berdampingan (dinamis). Sebagaimana firman Alloh SWT. Dalam Q.S. Al-Mujadalah ayat 11:

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ............
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”
Sehingga sangat jelaslah bahwa kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat adalah ilmu yang disertai dengan pengerahuan dalam merealisasikannya (penerapannya). Rasulullah saw. pernah bersabda:

مَنْ اَرَادَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَالاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالَعِلْمِ

Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat) maka dengan ilmu.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...