Langsung ke konten utama

Menepati Undangan Healing

Dokpri ketika sampai di hotel Aria Gajayana 

Libur panjang awal Februri dalam benak saya sempat terbersit keinginan berlibur. Baik berlibur ke Ciwiday Bandung atau ke Batu Malang. Rasa-rasanya iklan destinasi wisata bernuasa asri yang berseliweran di instagram sungguh telah membius saya untuk bertandang di dunia nyata. Maklum saja, libur 4 hari itu adalah waktu yang cukup panjang untuk orang yang setiap hari berkutat di lembaga pendidikan seperti saya. 

Akan tetapi, keinginan itu ya sebatas keinginan saja. Tidak sempat ada realisasi yang konkret. Isi dompet yang tipis menjadi penyebab utamanya. Saya tidak enak hati jika untuk kesenangan diri harus merepotkan tetangga kanan-kiri. Tentu itu tidaklah etis. Agaknya saya bukan penganut "isme" visi foya misi foya. Visi misi dalam menjalani hidup tidak untuk foya-foya. Terlebih bersenang-senang dalam keadaan diri berstatus mustad'afin. 

Mengapa demikian? Karena pandangan dan cara berpikir saya sedari kecil dibesarkan dari hal yang sederhana, bahkan dapat terbilang alakadarnya. Dua telur dimasak dadar dibagi lima, satu mie instan dibagi empat orang, makan berlaukan ikan asin teri atau sambal mentah sudah menjadi kebiasaan setiap hari. Sesimpel itu, tidak lebih dan kurang. 

Jika pun sedang ada sedikit uang, tampaknya begitu jarang orang tua menyuguhkan lauk makan melebihi 3 menu. Kalau pun itu terjadi biasanya hanya di momentum spesial saja. Misalnya, tatkala menjamu sanak famili jauh yang sedang bersilaturrahmi sesekali. Menjamu anggota pulang dari rantauan, merayakan hari lebaran atau memang keluarga sedang punya hajat besar. Tak terkecuali tatkala menikahkan putra keduanya seperti saya. (Semoga besok. Aminn YRA). 🤭 

Tempaan kesedeehanaan dan hidup prihatin itulah yang mendarahdaging dalam diri saya. Sehingga tatkala ada sedikit uang saya harus benar-benar menghayati peran sebagai bendahara ulung. Meski tidak mampu menyaingi Bu Menteri Sri Mulyani dalam hal mengelola keuangan, namun setidaknya saya bisa mampu membuat skala prioritas dalam mencukupi kebutuhan. Prinsip hidup saya sangat simpel, apa yang ada harus dimanfaat semaksimal mungkin dan cukup. Sementara bersyukur adalah kunci utama dalam menjalaninya. 

Karena alasan itulah saya memiliki prinsip hidup, tidak semua keinginan harus dipenuhi. Dalam setiap keinginan selalu ada skala prioritas yang harus dicukupi. Jika skala prioritas itu sudah terlampui, mungkin saja keinginan lain yang menuai faedah dapat terpenuhi. Tergugurkan seiring keinginan itu menjadi kebutuhan yang mendesak. 

Serasa mimpi, baru saja saya mengubur (mengurungkan) keinginan healing ke dua kota yang menjadi opsi itu, namun ternyata sekarang takdir Allah Swt. membawa saya bertandang ke Malang. Bahkan tidak hanya cukul 1 hari, saya diganjar 4 hari kedepan menikmati tanah, pemandangan dan ilmu serta pengalaman jejaring baru yang luar biasa. Yang lebih luar biasa lagi, selama di kota Malang saya menikmati semuanya dengan cuma-cuma. Semua fasilitas: sarana-prasarana dibebakan pada DIPA BBGP Provinsi Jawa Timur. 

Hikmahnya apa? Bersabar dan terus bersyukur atas setiap keadaan itu penting. Apa yang menjadi bagianmu tidak akan pernah tertukar, tersesat atau bahkan salah alamat. Semuanya akan menghampirimu tepat pada waktunya. Meski tidak saat engkau menginginkannya tapi Tuhan Mahatahu kapan dan apa yang terbaik untukmu. Terus berjuang dan nikmati hidup dengan penuh rasa syukur. 

Saya kira cukup dulu. Nanti, di sela-sela, sesi santai pelatihan saya akan merefkelsikan (menceritakan kembali) pengalaman: pesan, kesan dan hikmah bertamu di hotel Aria Gajayana. Saatnya saya kembali ke mode perbaikan gizi di akhir bulan. Ngombe legi, mangan enak, turu mantep. Akhirnya si dompet tipis tidak tersiksa lagi. Hehe 

Ohya, ada salam dari resepsionis: " Kapan anda menginap di hotel kami?" Katanya. 


Malang, 28 Februari 2024

Komentar

  1. Saya juga pernah mengalami masa yang bisa dibilang pahit. Dimana saya dan adik2 masik sekolah. Menu yang tidak ketinggalan adalah blendrang. Pun kalo makan mie instan, kuahnya di banyakin walau itu mie goreng. Agar dpt di bagi 3 anak. Alkhmdulillah seiring berjalannya waktu, ada masa longgar. Tp pengalaman hidup memberikan bekas yg mendalam. Bahwa kita harus konsen dg kebutuhan prioritas. Sdngkan kebutuhan lain, nunggu sisa dari pengeluaran yg diprioritaskan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...