Langsung ke konten utama

Mencatat Kreatif Melalui Mind Mapping

(Dokpri contoh mind mapping)

“Seni tertinggi guru adalah untuk membangun kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan”, Albert Einstain.

Lembaga pendidik pada dasarnya kental dengan aktivitas literasi. Aktivitas literasi tersebut mencakup membaca, memahami dan menulis. Tiga aspek yang kemudian menjadi barometer sekaligus berdampak pada suksesi proses, tujuan dan capaian KBM di satuan lembaga pendidikan. 

Sebagai analogi, seorang siswa tidak mungkin akan mampu menulis dengan lancar jika ia tidak mampu mengenal huruf dan membaca. Sebaliknya, siswa yang telah mafhum dengan huruf alphabet, angka dan huruf hijaiyah serta lancar dalam urusan membaca belum tentu akan mampu menuliskan rangkaian kalimat ataupun paragraph dengan baik dan benar. 

Mencatat Tradisional

Berlambarkan pada fakta itu, maka tak heran jika kemudian dalam KBM seorang guru berusaha menyeimbangkan ketiga aspek tersebut secara kontinuitas. Salah satu di dalamnya termasuk budaya membuat catatan materi secara tradisional—menggunakan tulis tangan--melalui metode pendiktean. Baik pendiktean yang dicatat di papan tulis ataupun dengan mengandalkan fungsi utama verbal.

Metode pendiktean atau mencatat materi dengan cara didikte oleh seseorang siswa sebenarnya mengandalkan aktivasi dua kemampuan indera, yakni mendengar dan melihat yang dikomparasikan dengan ketelitian (klincahan, ketepatan dan kejelian) gerakan tangan. Baik itu tatkala menulis menggunkan tangan kiri ataupun kanan. 

Ketepatan menulis kata, kalimat dan bentuk paragraph yang utuh sesuai intruksi sang pendikte menjadi salah satu indikasi seberapa kuat dan fokus tingkat konsentrasi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Itu berarti, semakin persis antara tulisan yang dihasilkan dengan role model yang didiktekan maka semakin berkualitas daya ingat dan tingkat konsentrasi sang siswa. Begitu pun sebaliknya, semakin rancu dan tidak utuh hasil tulisannya maka mencerminkan kelemahan daya ingat dan tingkat konsentrasinya.   

Sederhanya, tingkat daya ingat, konsentrasi dan aktivasi indera pendengaran-penglihatan menjadi kunci utama dalam proses mencatat tradisional yang dilakukan oleh siswa selama proses KBM berlangsung. Mencatat tradisional pada hakikatnya mengasah potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

Mencatat Kreatif

Sebagai upaya meningkatkan dan memaksimalkan kemampuan siswa dalam memahami materi maka sudah selaiknya guru menawarkan metode alternative. Dari sekian banyak metode alternative tersebut salah satu di antaranya yakni dengan menggunakan metode mencatat kreatif. 

Berkaitan dengan hal itu, dalam upaya membumikan budaya mencatat kreatif dalam proses KBM, Sabtu (29/07/2023) terakhir di bulan Juli siswa kelas 5 dan 6 SDIT Baitul Qur’an menghelat acara pelatihan mencatat kreatif dengan mind mapping. Pelatihan ini dinahkodai oleh Dr. Rikhlah Ilmiah, M. Pd. Dosen pendidikan bahasa arab fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Pelatihan dihelat di aula atas yang berdampingan dengan perpustakaan dan kelas 6.

Lantas bagaimana cara membuat catatan kreatif dengan mind mapping? Mencatat kreatif dengan mind mapping dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, di antaranya yaitu:

1. Menyiapkan materi yang dibutuhkan

Mengenai materi ini bersifat fleksibelitas. Sehingga bisa disesuaikan dengan mata pelajaran yang dipelajari dalam proses KBM di kelas tertentu. Tidak menutup kemungkinan semua materi mata pelajaran dapat dikemas dengan metode mind mapping. Kemungkinan ini selanjutnya banyak bergantung pada kehendak, kebutuhan dan kreativitas masing-masing siswa.

Blue print yang harus diperhatikan sesuai kebutuhannya adalah berhubungan dengan keuntungan yang akan dirasakan oleh penggunanya. Mencatat kreatif melalui mind mapping jauh lebih singkat dalam meringkas dan mudah dalam menata pemhaman atas materi yang diajarkan. 

2. Membaca materi yang hendak dicatat

Setelah memilah dan menentukan materi yang dibutuhkan dalam mata pelajaran tertentu, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh siswa adalah membaca materi yang hendak dicatat secara holistik. Jangan sampai ada bagian yang terlewatkan. Terlewatkannya beberapa bagian dalam materi akan menyebabkan distraksi dan distorsi pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Tentunya hal ini juga akan berpengaruh banyak pada proses pembuatan mind mapping.

Mengapa demikian? Sebab dalam pembuatan mind mapping pada dasarnya memetakan alur dan mencatat bagian-bagian penting (point of view) dari materi yang dibahas. Poin of view ini akan ditemukan manakala siswa jeli dalam membaca. Membaca dengan metode apa pun itu bentuknya. Baik skiping, skrining, kritis, cepat dan lain sebagainya.

3. Tentukan simbol dan gambar yang relevansi dengan pembahasan materi

 Pemilihan simbol dan gambar bersifat suka-suka. Artinya setiap siswa bisa menggunakan simbol yang disukai dan sesuai dengan kehendak hati. Meski begitu korelasi dan relevansi simbol dengan tema materi yang dibahas menjadi catatan penting yang perlu diperhatikan.  

Setelah menetukan simbol dan gambar yang relevansi, letakan simbol tepat di tengah-tengah kertas. Peletakan simbol di tengah-tengah kertas ini menganalogikan fungsi otak radial yang cenderung menjadi titik sentral dalam pemikiran asosiatif dan kemudian disebarkan ke segala jurusan. Kembali ke fokus utama. Kemudian tulislah tema pembahasan tepat di bagian simbol tersebut. Usahakan pemberian simbol ini benar-benar mencitrakan fokus atas tema pembahasan.

4. Tarik Cabang 

Setelah menentukan simbol yang relevasi dengan tema pembahasan utama, siswa dianjurkan melakukan 4 tahapan selajutnya. Pertama, siswa harus membuat garis cabang sebanyak poin penting pembahasan. Garis cabang ini ditarik dari simbol tema utama. Penarikan cabang ini seperti pola akar merambat. Kedua, setiap cabang yang telah dibuat alangkah baiknya diberi warna yang berbeda. Pembedaan warna ini akan memudahkan siswa dalam mengidentifikasi poin pembahasan yang dimaksud.

Ketiga, tidak hanya berhenti pada pemberian warna yang berbeda, namun siswa juga hendaknya menentukan tingkat ketebalan setiap garis cabang yang telah dibuat. Tingkat ketebalan ini berdampak pada tingkat kontras warna atas gambar yang dihasilkan. Keempat, barulah di ujung setiap cabang dituliskan topik atas tema utama pembahasan. 

Hal yang harus diperhatikan dalam proses penarikan cabang ini adalah seberapa banyak topik yang dihasilkan dari pembahasan tema utama. Topik ini bisa menjelma klasifikasi, kategori, jenis dan lain sebagainya.

5. Lengkapi catatan dengan simbol dan gambar

Sebagai pamungkas, jangan lupa gambar mind mapping yang telah dibuat dan dilengkapi cabang sempurnakan dengan memberi simbol dan gambar. Pengimbuhan simbol dan gambar ini bersifat ikonik sekligus suka-suka. Artinya disesuaikan dengan selera dan kehendak masing-masing siswa. Kendati demikian pemberian simbol dan gambar tersebut harus sinkron dengan tingkat relevansi, akurasi dan validitas topik pembahasan.

Demikian ulasan tentang langkah-langkah efektif dalam membuat catatan kreatif melalui mind mapping. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa membuat catatan kreatif melalui mind mapping lebih banyak mengandalkan otak radial. Otak radial secara tupoksi determinasi atas penggunaan kombinasi warna, simbol dan gambar yang realis-personifikasi.

Tulungagung, 22 Agustus 2023.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...