Langsung ke konten utama

Menjadi Pendamping Vaksinasi

Alhamdulillah, hari Sabtu, 01 Oktober 2022 ini aktivitas saya padat merayap. Berbeda dengan hari Sabtu pada Minggu-minggu sebelumnya, yang biasanya berangkat pukul 06.30 WIB dan pulang sekolah pukul 11.30 WIB, Sabtu ini sembilan jam lebih beraktivitas di sekolah. Mulai dari pukul 9.00 WIB sampai dengan pukul 17.25 WIB. Lah, memang apa saja kegiatan yang dilakukan hari ini di sekolah? Kok sampai pulang selarut itu? Baiklah, untuk lebih jelas pendeskripsiannya di sini saya akan sebutkan satu-persatu. 

Pertama, pukul 9.00 WIB saya bertugas mendampingi santriwati SDIT Baitul Qur'an kelas 5 melakukan imunisasi HPV di Puskesmas Simo. Kendati jumlah santriwatinya hanya 4 orang, akan tetapi mereka anak didik saya. Saya selaku guru badal wali kelas 5 bertanggungjawab terhadap mereka. Tak terkecuali masalah hak pelayanan kesehatan yang harus mereka dapatkan. Seperti halnya kasus memenuhi panggilan untuk imunisasi HPV hari ini. 

Pada kenyataannya pelaksanaan imunisasi HPV yang diadakan di puskesmas Simo tidak hanya dihadiri oleh lembaga kami, akan tetapi juga dihadiri oleh beberapa sekolah yang ada di sekitar Mangunsari. Di sana saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana proses imunisasi HPV dilangsungkan. 

Mulai dari guru pendamping menyetorkan daftar siswi yang mengikuti vaksinasi, petugas mengonfirmasi kehadiran siswi, siswi dipanggil satu-persatu untuk divaksinasi sampai dengan siswi kembali ke tempat duduk sembari memegangi lengan bagian atas yang ditambal kapas tipis. Bahkan, saya sempat melihat pakaian Pramuka yang dikenakan oleh salah satu siswi bagian lengan atasnya terkena bercak darah segar. Untung saja, anak itu bermental baja, sehingga tidak ada ekspresi wajah yang menampakkan kesakitan.

Ohya, setibanya saya di puskesmas Simo, ternyata di bangku antrean pasien telah ada Shaquilla dan Nabila yang disertai oleh Ayah, Ibu dan adiknya Shaquilla. Ibunya Shaquilla sendiri berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah di Tulungagung. Itu saya ketahui dari rekam jejak story WhatsApp-nya yang saya save, dan hari ini beliau datang ke puskesmas Simo dengan mengenakan seragam batik biru khas ala ASN. 

Awalnya saya tidak melihat mereka yang telah datang lebih dahulu, akan tetapi hal itu saya ketahui setelah Ibu Shaquilla melayangkan sebuah chat di grup wali santri kelas 5. Dalam chatnya beliau memberitahukan bahwa Shaquilla dan Nabila telah sampai di TKP. Lantas beliau menanyakan apakah lembar screening imunisasi HPV yang telah diisi penuh itu langsung ditumpuk atau bagaimana. Sontak saya membalas chatnya, dan saat saya menoleh ke arah Utara mereka sedang duduk di kursi. Tak lama dari itu, saya menghampiri petugas dengan maksud hendak menyerahkan berkas administrasi sebagai syarat vaksinasi.

Kehadiran Ibu Shaquilla sangat membantu saat proses vaksinasi, di mana beliau mengambil peran mengarahkan, membimbing dan mengonfirmasi kepada dua santriwati lainnya, yakni Syaifa dan Syifa yang tak kunjung sampai di lokasi. Saya pun sempat mengoprak-ngoprak di grup wali santri kelas 5. Hingga akhirnya, beberapa menit kemudian Syaifa dan Syifa hadir dengan di antar oleh Ibunya Syifa. 

Langsung saja saya menyapa mereka dan menanyakan lembar screening dan persyaratan yang harus dikumpulkan di meja petugas. Lagi-lagi Ibu Shaquilla lebih sat-set dalam bertindak. Dalam hitungan menit, akhirnya mereka berdua pun dipanggil untuk divaksinasi. Syaifa maju dengan ekspresi wajah yang mengisyaratkan bahwa ia tidak takut jarum suntik. Sementara Syifa justru sebaliknya, setelah namanya disebutkan oleh petugas mimiknya tampak ketakutan dan memilih menolak jika boleh. Akan tetapi akhirnya ia berjalan menuju arah petugas dengan dipapah oleh sang Ibu. 

Setelah keempat santriwati selesai divaksinasi, saya izin untuk pamit kembali ke sekolah mengingat sebelumnya telah diwanti-wanti ketua yayasan untuk segera-segera mungkin kembali karena pengisi akan segera tiba dan acara pelatihan akan segera dimulai. 

Pendampingan ini sebenarnya bukan tugas saya, melainkan tugas Bu Nisa selaku wali kelas 1 sekaligus panitia pelaksana vaksinasi (koordinator pelayanan kesehatan sekolah) yang kemudian dilimpahkan kepada saya. Kenapa bisa seperti itu? Memangnya ke mana Bu Nisa? Mengapa tidak beliau sendiri yang melakukan tugas itu? 

Sek ta, ojo main berondong pertanyaan wae lhoo. Kene lho tak jelasne. Nah, sebelumnya Bu Nisa itu sudah menjelaskan kepada saya, bahwa untuk hari Jum'at dan Sabtu tidak bisa hadir di sekolah seperti biasanya. Sebab selama dua hari itu beliau memiliki kewajiban mengikuti masa ospek di kampus Universitas Terbuka Malang. Jadi ceritanya beliau yang sedang hamil tua itu melanjutkan jenjang pendidikan tinggi strata dua (S-2). Entah jurusan apa yang beliau ambil, kemungkinan besar linier dengan jurusan strata satunya, pendidikan.

Mendapatkan amanah itu saya langsung sat-set dan wat-wet. Lembar screening imunisasi saya bagikan ke santriwati. Teknis pelaksanaannya saya beritahukan sedetail mungkin kepada para santriwati sejauh yang saya pahami. Beberapa kali pertanyaan pun sempat melimpah. Sayangnya, saya lupa mengumumkan kepada grup WhatsApp wali santri, sehingga sempat ada sentilan dari salah seorang wali santri yang meminta penjelasan detail tentang teknis pelaksanaan imunisasi HPV.

Bersambung...

Tulungagung, 01 Oktober 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...