Langsung ke konten utama

Mendedah Dapur Parenting

Dokpri: Dr. Naharin sedang presentasi

Halal Bihalal dan Parenting menjadi agenda rutin tahunan di keluarga besar Yayasan Rumah Tahfidz Baitul Qur'an. Sejak melabuhkan diri di SDIT Baitul Qur'an, tercatat, saya sudah empat kali merasakan riuh: lungguh, gupuh dan suguh serta khidmat dalam kegiatan tersebut. Berarti, empat tahun sudah saya mengabdikan diri di lembaga ini.

Mulanya, agenda Halal Bihalal ini tidak digabung dengan program parenting. Keduanya berjalan masing-masing, dihelat di waktu yang berbeda sesuai dengan program kerja. Akan tetapi meninjau efektivitas dan efisiensi kesempatan maka disepakatilah integrasi kegiatan. Efektivitas dan efisiensi ini merujuk pada banyak hal. Mulai dari alokasi dana, hemat energi, fasilitas, kesediaan narasumber sampai dengan momentum.

Dahulu, manakala parenting berjalan di rel sendiri nasibnya sempat laa yamutu wala yahya. Partisipasi dan antusias orangtua siswa fluktuasi. Bahkan kehadiran mereka dapat dihitung jari. Indikasi itu ditinjau dari keaktifan orangtua menghadiri dan mengikuti kajian keluarga yang bersifat bulanan.

Alibi-alibi kasatmata kian tampak manakala diurai lebih lanjut. Ragam profesi orangtua, rentang jarak tempuh dari tempat tinggal, perbedaan paham-pandangan hingga menentukan momentum yang tepat menjadi muara masalah. Masalah klasik yang kian kusut manakala dibiarkan.

Mendapati fakta yang tidak menyenangkan tersebut pemangku kebijakan bergerak cepat untuk bermusyawarah. Hasilnya, disepakatilah integrasi kegiatan. Penyatuan dua kegiatan dalam momentum yang tepat. Integrasi tanpa mendistorsi dua kegiatan yang dihelat.

Kebijkan ini tentu saja disambut baik oleh dewan guru. Sebab, selama ini suksesi kegiatan bergantung penuh pada kerja sama tim. Tanpa kerja sama tim yang baik dan benar tampaknya suatu kegiatan tidak akan pernah terlahir. Pikiran, tenaga, waktu dan harapan adalah kunci yang terus-menerus perlu disumat.

Begitu halnya dengan perhelatan Halal Bihalal dan Parenting tahun ini. Nasibnya sempat akan berujung tragis, karena digadang-gadang tidak akan diadakan. Nihilnya budget menjadi alasan. Akan tetapi setelah digodok matang-matang, akhirnya kegaiatan dihelat seusai program kerja.

Susun panitia pelaksana dibentuk, konsep acara  dirancang, alokasi dana diperhitungkan, teknis rincian acara didedah dalam rapat. Semakin banyak kepala memproyeksikan acara semakin minim kekurangan dan kesalahan dibuat. Segala kebutuhan berusaha dibredeli satu persatu.

Kegiatan sudah tergambar jelas di benak. Masalah lain muncul. Siapa gerangan yang representatif menjadi narasumber. Perkara narasumber, sebenarnya sudah menjadi rahasia umum selalu didatangkan dari jejaring atau kolega yayasan. Tapi dalam kesempatan ini yayasan bersikap lapang, membuka kran selebar-lebarnya. Yayasan meminta saran dan pandangan saya selaku kepala sekolah SDIT Baitul Qur'an.

Saya berusaha menggali-gali ingatan, kiranya siapa sahabat dan kolega yang berpengalaman dan fokus mengkaji bidang parenting. Terbersitlah nama Dr. Naharin Suroyya, M. Pd. CH., CHt. Biasanya, saya menyapanya dengan sebutan mbak Naharin. Kebetulan mbak Naharin adalah senior berbeda jurusan di faktultas Ushuluddin, adab dan dakwah tatkala kuliah di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Entah mengapa nama mbak Naharin terlintas gamblang dalam benak. Mungkin karena belakangan terkahir saya sempat duet mengisi acara dengannya. Padahal di UPTD PPA di kabupaten Tulungagung sendiri saya memiliki beberapa kenalan.

Lantas dengan cepat saya meminta kontak mbak Naharin ke saudara yang khidmat di kampus. Bukan karena saya tahu mbak Naharin juga bekerja sebagai dosen di sana namun keluarga kecil--suami, istri dan anak; bahkan terkadang dolan bareng--itu sangat dekat dengan saudara saya.

Nomor kontak berhasil didapat. Saya berusaha menghubungi mbak Naharin via WhatsApp. Kendati disambut baik, sempat ada drama lobi waktu pelaksanaan kegiatan yang berlangsung sedikit alot. Mulanya, kegiatan akan dihelat pada Sabtu, 26 April 2025 namun di hari yang sama ternyata mbak Naharin sudah memiliki agenda lain. Pada akhirnya kami mencapai kesepakatan baru, disepakatilah Sabtu, 19 April 2025 adalah waktu yang tepat.

Tak hanya itu, drama perbedaan persepsi juga sempat mewarnai manakala menyinggung soal topik parenting. Titik terangnya, kami sepakat mengusung topik Orangtua Andal di Era Digital. Topik yang cukup klik bait bukan? 

Usai acara, membincangkan topik tersebut ternyata testimoni membuktikan, para orangtua yang hadir cukup puas, mengena dan ketagihan.

Kesimpulannya, mungkin anda tahu. Ada indikasi kegiatan parenting selanjutnya kembali mengundang konselor UPTD PPA kabupaten Tulungagung dan dosen UIN SATU itu. []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngabdi Ka Lemah Cai

Rumpaka 17 Pupuh Pupuh téh nyaéta wangun puisi lisan tradisional Sunda (atawa, mun di Jawa mah katelah ogé kungaran macapat). anu tangtuna ngagaduhan pola (jumlah engang jeung sora) dina tiap-tiap kalimahna. Nalika balarea tacan pati wanoh kana wangun puisi/sastra modérn, pupuh ilaharna sok dipaké dina ngawangun wawacan atawa dangding, anu luyu jeung watek masing-masing pupuh. Dimana sifat pupuhna osok dijadikeun salah sahiji panggon atanapi sarana pikeun ngawakilan kaayaan, kajadian anu keur dicaritakeun. Teras ku naon disebat rumpaka 17 pupuh?, alasanna di sebat rumpaka 17 pupuh nyaeta kusabab pupuh dibagi jadi sababaraha bagian anu luyu atanapi salaras sareng kaayaan (kajadian) dina kahirupan.   Yang dimaksud ialah Pupuh yaitu berupa puisi/sastra lisan tradisional sunda (atau kalau di Jawa dikenal dengan macapat) yang mempunyai aturan yang pasti (jumlah baris dan vokal/nada) kalimatnya. Ketika belum mengenal bentuk puisi/sastra modern, pupuh biasanya digunakan dalam a...

Anak Penjajak Komik

Dokpri: Qadira dengan koleksi komiknya Belakangan saya dibuat takjub melihat pemandangan tak biasa di kelas 2 SDIT Baitul Quran. Takjub bukan karena huru-hara sedang meluluhlantakkan kursi dan meja. Bukan, bukan karena mereka sedang melakukan kegaduhan, bullying dan kenakalan meronta-ronta yang tampak di depan mata melainkan fenomena yang menyegarkan hati.  Bukan hanya maknyes di hati saya kira namun fenomena yang membuat hati merasa bangga: terketuk, kagum dan penasaran sekaligus menampar pipi--bagi siapa pun yang melihat. Lha, memang apa? Baca komik. Cuma baca komik? Tentu tidak. Tidak sedangkal itu kejadiannya.  Almira dan Qadira adalah dua siswi yang membuat saya takjub itu. Mereka berbeda dari siswa-siswi lain. Jika umumnya anak menjadikan semua tempat untuk bermain, bermain di semua tempat sesuka hati, bahkan anak hanya mau membaca saat kegiatan belajar mengajar belangsung maka berbeda dengan dua siswi tersebut. Almira dan Qadira lebih suka memanfaatkan waktu luang berte...

Serba yang Kedua

(Dokpri: flyer ngaji literasi edisi 4) Hemat saya angka 2 menjadi angka istimewa dalam ngaji literasi edisi keempat yang akan datang ini. Tepatnya, 3 kali angka 2 yang istimewa. Kenapa harus angka 2? Bukankah masih banyak angka lain: 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya? Nah, jadi bikin penasaran kan? Pertama, angka 2 yang menegaskan bahwa di momen ngaji literasi edisi ini adalah kali kedua saya menjadi moderator setelah sebelumnya saya beserta Bang Almahry Reprepans bertukar posisi. Tentu saja, dua kali menjadi moderator dalam rangka membedah buku solo kawan-kawan anggota SPK Tulungagung, bagi saya, adalah satu kehormatan dan kesempatan yang luar biasa. Saya dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan kamera dan public speaking. Selain itu, pada ngaji literasi edisi keempat ini menandaskan dua kali sudah saya menjadi moderator dalam membedah buku solo perdana sahabat Ekka Zahra Puspita Dewi setelah sebelumnya dipertemukan dalam acara bedah yang diusung oleh komunitas Lentera. ...